Tujuh Ciri-ciri Teman yang Tidak Layak Kamu Jadikan Sahabat

kriteria sahabat  baik, kisah pertemanan dan persahabatan, ciri-ciri sahabat yang baik
Dalamnya telaga, bisa diukur. Dalamnya hati seseorang, hanya dirinya dan Tuhan yang tahu

Perjalanan kehidupan  pastinya membuat kita bertemu dengan banyak orang  dengan berbagai kisah pertemanan-persahabatan di dalamnya. Begitu juga dengan saya. Sebagian telah saya tuliskan dalam tulisan Beda antara Teman dan Sahabat, walau masih banyak lagi pengalaman lainnya menyangkut hal ini.  Kalau saya tuliskan, wah..panjang deh. Jadi saya rangkum saja dalam  Tujuh  Ciri-ciri Teman yang Tidak Layak Kamu Jadikan Sahabat seperti berikut di bawah ini:

1. Teman yang sanggup mencuri ide kamu dan bersikap seolah-olah itu ide asli miliknya, tidak layak kamu jadikan sahabat.

Contohnya seperti kisah  yang telah saya tulisan sebelumnya yakni Beda antara Teman dan Sahabat. . Kalau punya teman dengan ciri-ciri seperti ini, jangan pernah  ceritakan ide-idemu padanya. Bicara cukup hal-hal yang umum saja, seperti soal cuaca, hehehe (terutama buat para penulis cerpen, buku dan sebagainya, jangan pernah ceritakan idemu  pada teman jenis ini sebelum engkau menerbitakan hasil karya/idemu. Yang ada nanti sakitnya tuh di sini #tunjukdada begitu melihat idemu menjelma menjadi karya temanmu.

RELATED: Beda antara Teman dengan Sahabat. Ini Ceritaku...



2. Teman yang hanya mengambil keuntungan saja darimu, tidak layak kamu jadikan sahabat
Teman seperti ini kalau ada maunya, ramah banget. Ujung-ujungnya ada yang diinginkannya darimu. Biasanya, menyangkut tanggung jawab yang harus dilakukannya tetapi dia membuat seolah-olah itu kewajiban yang harus kamu kerjakan.Bila sesuatu itu sudah diperolehnya, dia akan mudah mencampakkan dan bersikap tidak kenal atau jaga jarak. Biasanya terjadi dalam lingkungan tim kerja.

Kiat menghadapi teman jenis ini adalah jangan terpancing oleh kebaikan semu. Berprasangka baik itu perlu, tapi sikap waspada tetap harus dijaga. Cari informasi dari lingkaran pertemanan kamu dengannya mengenai tabiatnya.  Bila situasi yang mengharuskan kita bekerja sama dengan jenis teman seperti ini, buat to do list yang jelas bagi masing-masing pihak, sehingga kamu terhindar jadi objek ‘keuntungan pribadi’ buatnya.

3. Teman yang kalau di kalayak umum dan diantara teman-teman yang lain, bicaranya selalu ingin mempermalukan dan menjatuhkanmu, tidak layak kamu jadikan sahabat

Emang ada makhluk (eh, teman) aneh macam begini?

Jangan salah pren.  Ada.

Teman jenis ini sepertinya punya obsesi terpendam padamu yang (mungkin) dia tidak sadari, seperti selalu merasa tersaingi, atau kalah pamor. Dan setinggi apapun prestasi yang sudah diraih teman jenis ini, dia selalu iri melihat pencapaianmu, padahal bisa jadi kamu malah di dalam hati yang mengagumi pencapaiannya.

 Sayangnya, obsesi iri terpendam ini membuat teman tersebut tidak bisa move on, sehingga setiap kali kamu berada dalam satu momen dengannya, teman ini akan selalu mencari-cari kesalahanmu, mengkritik dirimu mulai dari hal-hal remeh sampai konyol, atau hal-hal kelam menyangkut dirimu yang dia ungkapkan baik  terang-terangan mau pun secara sindiran di hadapan teman-teman yang lain. Maksudnya tiada lain mempermalukanmu. Terkadang bahkan hal itu tidak menyangkut dirimu sama sekali, tapi masih terkait dengan dirimu, seperti salah seorang anggota keluargamu yang melakukan ini itu yang bukan tanggung jawabmu.

Kiat menghadapi teman seperti ini adalah: bersyukurlah, karena dosa-dosamu berkurang disebabkan rasa iri hatinya padamu, yang juga akan membakar habis amal pahalanya. Namun jangan lupa untuk mendoakannya karena teman jenis ini patut dikasihani karena ada sesuatu yang salah dengan isi otaknya.

 Kalau dia mulai mempermalukanmu di depan umum dengan mengungkit kisah basi, baik itu tentang dirimu atau anggota keluargamu, jangan terprovokasi. Alihkan pembicaraannya dengan topik umum atau yang lagi ngehits di saat itu.  Atau, katakan saja terus terang, “Sorry, Fren. Yang kamu bicarakan itu enggak ada kaitannya dengan topik yang kita  bicarakan saat ini! Yuk kita balik ke topik utama saja”

Dijamin deh, cerocosannya akan langsung terhenti oleh sikap tegasmu.

4. Teman yang menjadikanmu jalan pintas untuk kepentingannya, tidak layak kamu jadikan sahabat

Hmm..,agak susah menjabarkannya yang begini. Contoh aja ya..

Kamu nih diserahin tanggung jawab dari suatu brand untuk mengadakan satu event. Sebagai kordinator, tentu sibuklah urus ini itu,  ajak teman biar eventnya makin rame dan seru.  Salah seorang teman baikmu  yang kamu ajak, mendatangi langsung manager atau orang terkait dari pihak Brand yang memberimu job, minta no hp atau email yang bersangkutan.

 Eh tahu-tahu.., beberapa waktu kemudian teman kamu ini mengadakan event yang sama temanya dengan yang kamu adakan, dari brand yang sama! Jujur saja, rasanya pasti, gimana…gitu. Seperti ditelikung dari belakang. Walau setiap orang berusaha mencari peluang usaha, setidaknya punya etika dikit, kek.. Bathinmu pasti  ngedumel seperti itu. Iya enggak?

Kiat menghadapinya: berpikir positif, bahwa rejeki tidak akan tertukar.  Tapi masih yakin teman seperti ini bisa kamu jadikan sahabat?  Karena kalau dia sahabatmu, dia akan mendukung kegiatanmu, menjadi supporter utamamu, bukan mengambil jalan pintas untuk  merebut ladang usahamu. Kalaupun dia berusaha memperoleh peluang, paling tidak dengan cara yang baik dan elegan.  Sepertinya, kriteria teman ini layak dipikir ulang untuk dinaikkan levelnya menjadi sahabat.

5. Teman yang  saat kamu curhat, sikapnya  di depanmu, beda dengan  di belakang punggungmu, tidak layak kamu jadikan sahabat!

Selama ini kamu mengira temanmu adalah sahabatmu, sehingga tanpa ragu kamu membagi kisahmu dengannya. Bukankah dia menjadi pendengar yang baik  saat kau bercerita? Itulah anggapan polosmu.

Nyatanya kemudian tanpa sengaja kamu menemukan fakta dia menceritakan tentang dirimu yang hobi berkeluh kesah padanya, sekaligus menunjukkan bahwa dia empet dan tidak suka dengan keluh kesahmu pada teman-teman yang lain atau menuliskannya di media sosialnya. Dia menceritakan atau menuliskan keempetannya terhadap curhatanmu tanpa merasa bersalah, mungkin karena tak menyebut nama. Tapi kamu tahu, yang dia bicarakan adalah dirimu. Pasti ada rasa sakit, bukan?

Kiat menghadapinya, berhenti curhat padanya, karena jelas dia tidak suka! Dan dia tidak mau kamu jadikan sahabat, karena sahabat yang baik akan menjadi pendengar yang baik tanpa menyebarluaskan ketidaksukaan  curhatanmu, pada orang lain . Setidaknya dia harusnya berani berterus terang kalau dia tidak suka mendengar curhatanmu.  Intinya, bebannya sudah cukup berat untuk ditambah dengan beban curhatanmu lagi,  dan sikapnya selama ini hanyalah basa basi, bukan mendengar dengan hati. So, teman begini cukuplah levelnya sebagai teman, tidak layak naik level jadi sahabat.

6. Teman yang enggan berbagi informasi penting padamu karena alasan yang hanya dia sendiri yang tahu,  tidak layak kamu jadikan sahabat!

Kamu tergolong sering ketinggalan info yang  kekinian, termasuk urusan peluang usaha dan rejeki, karena ada kendala yang tidak bisa kamu abaikan, seperti keterbatasan dana, waktu, dan urusan lain. Kamu mengandalkan teman yang sudah kamu anggap sebagai sahabat karena interaksi yang akrab sekaligus berada dalam komunitas dan interest yang sama. Pikiran polosmu, ah walau kamu punya keterbatasan dalam mengakses informasi untuk ikut ini itu, setidaknya info itu nanti bisa sampai padamu melalui teman yang kamu anggap sebagai sahabat  ini.

 Nyatanya, di beberapa kesempatan kamu melihat temanmu ini hadir dan aktif dalam kegiatan ini itu, masuk dalam grup penting ini itu, tanpa kamu tahu apapun tentang itu.  Kamu  pasti merasa ditinggalkan sendirian. Padahal selama ini kamu selalu berbagi info-info penting yang kamu tahu  padanya, karena kamu merasa dia adalah sahabatmu.

Kamu masih berpikir positif, mungkin dia lupa.  Kamu pun minta padanya diikutkan atau  dimasukkan dalam suatu komunitas atau grup yang menurutmu akan membawa banyak manfaat untuk perkembangan dirimu ke depannya. Menjalin networking, gitu. Nyatanya, teman yang kamu anggap sebagai sahabat,  selalu ngeles dengan beragam alasan ini itu. Intinya, temanmu itu berat memberikan informasi yang memungkinkanmu untuk terlibat di dalamnya.

Nah, teman begini, layakkah kamu jadikan sahabat?

 Stop berharap dukungan darinya. Dia hanya bisa jadi teman, bukan sahabat. Karena sahabat tidak akan ragu berbagi hal penting yang bisa dilakukan bersama-sama. Sahabat juga tidak akan takut rejekinya akan terambil alih olehmu, karena rejeki sudah ada yang mengatur.

Kiat menghadapi teman jenis ini : bersabarlah bila kamu masih kesulitan dalam mengakses informasi terbaru menyangkut peluang usaha. Jangan terlalu berharap dengan orang lain. Mungkin belum waktumu untuk memperoleh rejeki dengan cara itu. Di satu sisi, yakinlah rejeki tidak akan tertukar, karena walaupun temanmu pelit informasi peluang, kalau Allah berkenan memberimu rejeki , rejeki itu akan mampir kok kepadamu dengan cara yang tidak disangka-sangka.

Tapi untuk teman yang semula kamu anggap sebagai sahabat dengan kriteria di atas, layak deh dipikir  ulang. Sebagai teman, ok! Untuk sahabat? Hmmmmm….

7. Teman yang menjadikanmu sebagai tambang emasnya, tidak layak kamu jadikan sahabat!
Wah, teman jenis  apa pula ini. Pernah enggak ngalaminya?

Teman seperti ini pasti tipikal mutem, alias muka tembok. Sedikit-sedikit berutang, dan kalau ditagih untuk bayar, susyahnya minta ampun. Sampai ditagih berkali-kali, baru mau bayar. Kadang-kadang jawabannya bikin kita malah meradang. Gimana enggak meradang kalau dia bilang , “ ala.., utang segitu aja ditagih-tagih. Nilainya enggak seberapa!”
Pengen gaplok mulutnya pakai sapu ijuk, deh!

RELATED : Ciri-ciri Orang yang Gemar Berhutang, Tapi Enggan Membayar (1)

Udah gitu, bukannya dibayar lunas, pake dicicil segala, sementara tempat hang outnya ok, pegangannya gadget terbaru, masih bisa wara wiri jalan ke sana kemari pakai selfi dan upload foto di media social.
Lalu, saat bokek, balik lagi ke kamu, utang lagi…

RELATED: Ciri-ciri Orang yang Gemar Berhutang, tapi Enggan Membayar (2)


Atau jenis teman lain yang menjadikanmu sebagai tambang emasnya adalah, kalau jalan bersama, pasti milih serba gratis. Ongkos maunya dibayarin teman, makan, angkat kaki duluan, dan tagihan diserahkan ke kita untuk bayar sampai kita melongo mandangi billnya, dianya udah entah kemana.  Pokoknya, urusan uang, paling takut rugi, dan enggak apa-apa kalau ngerugiin orang lain. Jenis teman seperti ini layak deh dijuluki Tuan Takrug  alias Tuan Takut Rugi.

Tipe teman ini, buang deh dari kriteria untuk menjadi sahabat. Tak layak! Cukup jadi teman say hello saja.


Nah itulah Tujuh Ciri-ciri Teman yang  Tidak Layak Kamu Jadikan Sahabat. Murni ini pendapat pribadi dari hasil pengalaman sendiri. Bila kamu-kamu punya pengalaman yang serupa, silakan berbagi di kolom komentar. Bahkan mungkin ada yang mau tambahin kriteria Tujuh Ciri-ciri Teman yang Tidak Layak Kamu Jadikan Sahabat, saya dengan senang hati menerimanya. Agar jadi pembelajaran buat diri sendiri, dan buat yang baca lainnya 

Rebellina Santy

Author, Blogger, Crafter, and Gardener. Informasi pemuatan artikel, Sponsored Post, Placement, Job Review, dan Undangan Event, email ke : rebellinasanty@gmail.com. Twitter/IG: @rebellinasanty

20 komentar:

  1. Baik perlu tapi tetap waspada.. Setuju dengan kalimat itu :)

    BalasHapus
  2. astaghfirullah, serem ya mba. semoga saya bisa jadi teman yg baik ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah, semoga kita tetap berteman baik..

      Hapus
  3. Aku bacanya sedih. Kemarin sempat dikhianati teman sendiri. Udah digituin sama dia, masa aku masih tetap pengen temenan sama dia ya? :'( serba salah

    BalasHapus
    Balasan
    1. tetep temanan Mbak. jangan memutus silaturahmi. Hanya saja, kalau teman sudah berkhianat begitu, sesuai yang saya tulis diatas, levelnya cuma teman, bukan sahabat.

      Hapus
  4. Setuju banget mbaa.. Yg no 3 banyak tuh..hihi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Arin. walau di dunmay pun, bisa terlihat tipe orang macam begini ya...

      Hapus
  5. Saya setuju mbak semua orang bisa jadi teman tapi ngak semua bisa jd sahabat

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul banget, makanya biasanya jumlah sahabat lebih sedikit dibanding teman :)

      Hapus
  6. Kalo saya justru banyak teman yg minta kisahnya dijadikan novel oleh saya karena mereka ga bisa nulisnya hehehe.. Udah ada 2 novel dari kisah teman dan mereka senang setelah novel itu terbit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu simbiosis mutualisma pertemanan namanya. saling menguntungkan. yang satu, melepaskan emosi, yang satu jadi nambah buku /novel lagi. berarti enggak ada yang dirugikan karena saling iklash :)

      Hapus
  7. Sebagian besar udah pernah ngalami. :)))) Satu lagi, yang bikin mangkel itu teman yang pas ketemu offline, baiknyaaa lemah lembutnyaaa ruar biasa. Tapi di online, nyinyirnyaaa nyindirnyaaa juga ruar biasa. Jadi heran. Ini orang punya kepribadian ganda atau gimana, ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sindir menyindir di media sosial bahkan secara berjamaah, sepertinya kok menjadi tren akhir-akhir ini ya Mbak...
      Jadi kadang merasa, apa enggak menjaga perasaan orang yang disindir dan kok ya tega..

      Hapus
  8. wah boleh juga mbak buat merenungi bisa jadi pertimbangan makasih mbak.... hehe mantap selamat berteman mbak salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang harus ada pertimbangan untuk menjadikan teman itu sebagai teman saja atau naik levelnya menjadi sahabat. Dan sebaliknya juga loh...

      Hapus
  9. Jelas-jelas ndak bisa dijadiin sahabat itu mah mbak :D

    Salam,
    Asya

    BalasHapus

Halo...
Thanks ya uda mau mampir dan kasih komentar di blog Rebellina Santy. Komentar kamu berharga banget buat saya.

Salam
Reni Susanti